Cerita Kulitku: Rutinitas Perawatan Sesuai Jenis Kulit Plus Rekomendasi Lokal
Aku ingat pertama kali benar-benar peduli sama kulit itu waktu wajahku kusam dan sering jerawatan pas kuliah. Dari situ aku belajar banyak: jenis kulit itu bukan sekadar “kering” atau “berminyak”, tapi soal bagaimana merawatnya dengan produk yang cocok dan kebiasaan yang konsisten. Di sini aku mau berbagi pengalaman, tips rutinitas, dan beberapa rekomendasi produk lokal yang pernah aku coba (dan suka).
Jenis kulit: kenali dulu sebelum pakai
Sebelum memilih produk, penting tahu jenis kulitmu. Secara sederhana ada: kering, berminyak (atau berjerawat), kombinasi, normal, dan sensitif. Aku sempat bingung karena pipiku kering tapi dahi agak berminyak—ternyata kombinasi itu nyata banget. Cara paling gampang mengecek: setelah cuci muka, tunggu 30 menit. Kalau kulit terasa ketarik berarti cenderung kering; kalau area T (dahi-nose-dagu) mengkilap, itu tanda kombinasi/berminyak; dan kalau langsung iritasi atau memerah, waspadai sensitif.
Rutinitas harian: sudah benar, belum?
AM: sederhanakan. Bersihkan wajah dengan pembersih ringan, pakai toner jika suka, serum hidrator (hyaluronic acid atau niacinamide untuk kontrol minyak), pelembab sesuai kebutuhan, dan jangan lupa sunscreen—ini poin yang paling sering aku remehkan dulu. PM: kalau pakai make-up atau sunscreen, double cleanse (minyak/cleansing balm lalu facial wash). Setelah itu treatment (AHA/BHA/retinol kalau perlu dan kulitmu tahan), serum, lalu pelembab lebih kaya untuk memulihkan.
Untuk tiap jenis kulit ada penyesuaian: kulit berminyak cocok dengan gel cleanser, toner tanpa alkohol, produk non-comedogenic, dan pelembab berbasis gel. Kulit kering butuh pembersih lembut, serum humektan (HA), dan pelembab dengan ceramide atau emolien. Kulit sensitif harus minimalisir bahan aktif, lakukan patch test, dan pilih formula hipoalergenik. Konsistensi yang lembut dan perlahan itu kunci—jangan langsung pakai semua aktif dalam seminggu.
Rekomendasi produk lokal—yang pernah aku cobain (dan suka)
Aku suka dukung produk lokal karena harga lebih ramah dan formulanya semakin berkembang. Beberapa barang yang pernah masuk ke rakku: Avoskin (Perfect Hydrating Treatment Essence) bagus untuk menambah hidrasi ringan, Scarlett dan beberapa brand indie punya serum pencerah yang efektif buat yang ingin meratakan warna kulit, sementara Wardah menyediakan basic skincare yang mudah didapat dan ramah kantong—ada toner dan sunscreen yang aman untuk pemula. Untuk kulit berjerawat, banyak orang rekomendasikan produk dengan niacinamide atau BHA dari brand lokal seperti Somethinc atau produk khusus acne dari beberapa brand baru. Sunscreen lokal dari Mineral Botanica atau Wardah juga sudah banyak pilihan tekstur non-greasy.
Kalau suka produk natural, coba Sensatia Botanicals (brand Bali) yang menawarkan pembersih dan body oil berbahan alami. Emina dan Mustika Ratu juga punya rangkaian yang cocok untuk remaja atau yang ingin routine sederhana. Aku sering baca referensi bahan aktif di situs-situs yang membahas skincare secara mendalam—misalnya aku pernah nemu penjelasan yang membantu di theskinguruph tentang bagaimana retinol bekerja dan kapan harus mulai pakai.
Tips sederhana yang ngaruh banget
1) Sunscreen setiap hari, meski cuaca mendung. 2) Jangan rutin gonta-ganti produk; beri waktu 4–6 minggu untuk melihat efek. 3) Patch test sebelum pakai aktif baru. 4) Perhatikan ingredient list: kalau kulit sensitif, hindari parfum dan alkohol berlebih. 5) Tidur cukup dan hidrasi—skincare topikal hanya bantu sejauh kebiasaan hidup juga mendukung.
Akhir kata, perjalanan merawat kulit itu personal dan penuh eksperimen. Aku masih terus mencoba, kadang gagal, kadang cocok—tapi yang paling penting adalah sabar dan peka pada perubahan kulit sendiri. Semoga cerita dan rekomendasi ini membantu kamu menemukan rutinitas yang pas. Kalau mau sharing pengalaman produk lokal favoritmu, aku senang banget baca komentar!